- Հэσу խχፖсеጾω
- Елорсоп δостаղеթ шапсужሾф
Lampung, – Ketua Laskar Merah Putih LMP Markas Daerah Mada Lampung, Johan Nasri mengungkapkan bahwa Adek Efril Manurung telah diberhentikan sebagai Ketua Umum Markas Besar Mabes LMP dan membekukan Badan Pengurus Mabes Perkumpulan Ormas LMP periode 2014-2019, dan menganggap Arsyad Cannu sebagai Ketua Umum LMP. Johan Nasri mengungkapkan bahwa berdasarkan Surat Keputusan SK Majelis Tinggi Dewan Pendiri Laskar Merah Putih Nomor 016/MTDP-LMP/X/2019 tentang pembekuan ketua umum dan badan pengurus Markas Besar Perkumpulan Organisasi Masyarakat Laskar Merah Putih periode 2019-2024, yang memutuskan bahwa memberhentikan Adek Erfil Manurung sebagai ketua umum LMP dan membekukan badan pengurus markas besar perkumpulan ormas LMP periode 2014-2019. “Kami mengacu pada Akte notaris Titin Surtini Tanggal 05 November 2014 tentang Pendirian Ormas Laskar Merah Putih, dan Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor tentang pengesahan pendirian Badan Hukum perkumpulan Ormas Laskar Merah Putih,” ungkapnya di Mada LMP, Sabtu 8/2. Ia menjelaskan bahwa, LMP Mada Lampung bekerja sesuai Undang – Undang dan AD ART. “Besok Senin, 11/2/2020, kami minta wejangan dan arahan dari Danrem bagaimana memupuk nilai-nilai nasional, dari Kapolda bagaimana kami menjadi perpanjang tangan untuk menjaga keamanan dan ketertiban, dan dari Gubernur sebagai kepala wilayah Lampung bagaimana kami bisa membantu pembangunan yang kondusif,” jelasnya. Johan Nasri tidak ingin memberi komentar terkait dualisme LMP Mada Lampung. “Dasar kami AD ART juga Akte Tintin Suntini, kecuali kalau Akte Tintin tidak diakui oleh negara dan pemerintah, dan dianggap mengacau, ya sudah kita mundur. Kita jangan sebelah mata dalam menelaah akte Tintin Suntini,” tandasnya. zah
DalamRapimnas nanti, kata Adek, seluruh anggota Laskar Merah Putih akan menentukan sikap dan arah dukungannya dalam Pilpres 2019. Dalam Rapimnas nanti, kata Adek, seluruh anggota Laskar Merah Putih akan menentukan sikap dan arah dukungannya dalam Pilpres 2019. Senin, 8 November 2021; Cari. Network. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Jakarta, Siapa yang tidak kenal dengan ormas Laskar Merah Putih LMP, berciri pakaian loreng bak seorang TNI AD. Ormas organisasi masyarakat kebangsaan ini, begitu peduli dengan NKRI dan bermotto meneruskan perjuangan para pahlawan. Begitu banyak peran sertanya pada pemerintah. Salah satu aksi yang paling diingat, yakni pembelaannya atas NKRI yang diinjak-injak pemerintah Malaysia. Ketika dikantor perwakilan PBB, sang ketua umum Laskar Merah Putih melakukan orasi dan yel-yel ganyang Malaysia, karena merasa bahwa negara serumpun itu tidak menghargai Republik Indonesia RI. Laskar Merah Putih ini berperan juga atas pembebasan artis Manohara Odelia Pinot. Setelah almarhum Edy Hartawan meninggal pada bulan Oktober tahun lalu, pucuk kepemimpinan Laskar Merah Putih diperbincangkan. Pebruari 2011, resmi terpilih Neneng A Tuty sebagai ketua umum ketum Laskar Merah Putih, dan dewan pembina mengusung Tommy Hutomo Mandala Putra. "Sebagai putra bungsu presiden RI ke 2, Suharto yang pernah memberikan ketenteraman negara selama 32 tahun, walaupun ada jeleknya, setidak-tidaknyanya, kita harus lihat kepada sisi yang baik maupun yang tidak baik juga, disini saya ingin pencitraan kembali, saya melihat Tommy sudah berprogram dalam keorganisasiannya, "tutur Neneng yang juga ketua dari organisasi Angkatan Muda Trikora ini kepada KOPI Koran Online Pewarta Indonesia di hotel Gren Melia Jakarta, Rabu 6/4/2011. Dalam pidatonya pada penutupan musyawarah besar mubes ke I Laskar Merah Putih di hotel Ever Green Puncak Bogor 27/2/2011, Neneng, yang pernah jadi promotor tinju dari Maluku ini mengatakan, dikepemimpinan nya nanti, dia akan bekerjasama dengan berbagai pihak, seperti jajaran Tentara Nasional Indonesia TNI, Kepolisian, untuk membantu program pemerintah. Saya akan meneruskan perjuangan pak Edy Hartawan, tampa merobah sesuatu yang diprogramkan oleh beliau. Meski wanita, Neneng bukan orang asing lagi di kalangan masyarakat. "Kita perlu perubahan dan dia Neneng mampu untuk itu, "kata Panglima Laskar Merah Putih, Yusad Regar. "Saat ini, saya tidak ingin lagi ada benturan, saya punya pemikiran, mari kita benar-benar berjuang dengan LMP ini untuk keberadaan yang sekarang, seperti kita lihat negara kita ini sudah semberaut, "katanya penuh semangat. Neneng yang besar di Semarang ini menambahkan, saya memang rombak betul-betul LMP ini, dengan menambah orang-orang yang berpengalaman dalam keorganisasian ini, tanpa menghilangkan jasa LMP yang harus kita hormati, dan saya akan membenahi organisasi ini kearah yang lebih baik. "Anggota LMP sudah mencapai 2 juta orang lebih, yang saya sekarang inginkan, bagaimana militan itu menjadi betul militan, jadi sekarang saya inginkan bagaimana bisa memimpin dan berperanan, ikut berunding serta dengan pemerintah ini, "imbuh Neneng yang asli Sunda dan Jawa itu. Harapan saya, para anggota tidak hanya sebagai pengangguran saja, mereka akan dibina juga oleh bapak Cakra Wardaya untuk ekonomi koperasi. Dan setiap aksi nantinya LMP tumbuh lebih beretika lagi. Sementara itu, Muray Edi Mulya wakil ketua penasehat dan pendiri dari Laskar Merah Putih Kalimantan Barat Kal -Bar mengatakan forum ini sangat membantu masyarakat seperti pengamanan perbatasan Sajingan keluar masuk pintu Indonesia dan Malaysia. Seperti peristiwa Warga Indonesia tertangkap diperbatasan tersebut mau diserahkan kepada pemerintah Malaysia di tahun 2010. "Akhirnya masalah itu terselesaikan, berkat nama besar beserta rasa nasionalisme kebangsaan ditubuh Laskar Merah Putih. Dalam waktu dekat LMP akan membentuk markas LMP disetiap perbatasan, " kata Mulya yang telah mempunyai anggota di Kal-Bar sebanyak 447 orang . Lihat Sosbud Selengkapnya WARTAKOTALIVECOM, JAKARTA - Memasuki momentum akhir Ramadan 1442 H, Ketua Laskar Merah Putih Indonesia (LMPI) Markas Daerah (MADA) DKI Jakarta Jupli Singarimbun menggelar kegiatan pembagian 500 bingkisan Lebaran. Pembangian bingkisan Lebaran dilakukan secara simbolis kepada anggota di Sekretariat LMPI MADA DKI Jakarta di Jalan Enim Raya, Tanjung Priok, Jakarta Utara, akhir pekan kemarin. O golpe militar no Egito se deu num país que, internamente, não se reconhece nesse nome. Hoje chamado oficialmente, em árabe, Jumhuriyah Misr al-Arabiyah, ou simplesmente Misr, e antigamente conhecido em egípcio como Kemet, nossa versão do nome da terra das pirâmides nasceu no vocábulo grego Aigyptos, que era empregado para designar tanto o Rio Nilo quanto a região em torno dele e até, na mitologia, o lendário rei grego que deu seu nome ao território africano que conquistou. A origem desse Aigyptos, que por meio do latim Aegyptos passou a um grande número de línguas modernas, já gerou controvérsia. O dicionário latino-português Saraiva enxergou na palavra um parentesco com o sânscrito aguptas, “terra fortificada”. No entanto, hoje a maioria dos estudiosos acredita que a palavra grega tenha derivado do termo egípcio Hwt-ka-Ptah, que tinha o sentido literal de “templo dedicado ao deus Ptah” e era também o nome primitivo de sua antiga capital, Mênfis. O velho nome egípcio do país, Kemet, significa “terra negra”, provável referência ao solo fértil às margens do Nilo, oposto à “terra vermelha” do deserto. Já o árabe Misr, que também pode significar simplesmente “terra, país”, tem origem semita e relação com o nome hebraico do Egito, Mizraim. Em torno de Mizraim nome também de um neto de Noé na Bíblia, giram teses distintas segundo uma delas, seu sentido literal de “duas terras” fazia referência ao alto e baixo Egitos; de acordo com outra, o termo hebraico teria se espelhado num antigo vocábulo egípcio, carregando simplesmente o significado de fortificação – o que o tornaria aliado da tese defendida ali em cima por Saraiva. Continua após a publicidade O Brasil está mudando. O tempo todo. Acompanhe por VEJA e também tenha acesso aos conteúdos digitais de todos os outros títulos Abril* Informação de qualidade e confiável, a apenas um clique. *Acesso digital ilimitado aos sites e às edições das revistas digitais nos apps Veja, Veja SP, Veja Rio, Veja Saúde, Claudia, Superinteressante, Quatro Rodas, Você SA e Você RH. * Pagamento anual de R$ 96, equivalente a R$ 2 por semana.